Ticker

6/recent/ticker-posts

SANDAL JEPIT DISAMBUNG RAFIA MERAH ...

Judul itu... mengingatkanku pada setan code, yang sekarang sudah hijrah ke tanah para saudagar. Yupz ... dulu aku memiliki sandal-sandal rusak yang kuperbaiki sendiri, maka jadilah sandal-sandalku selalu ada tali rafia di depannya, dan aku sering menggunakan rafia merah. Hmm, awalnya minder... apalagi kalau kubawa ke kampus... wah, pertama rasanya... gimana gituh. Tapi, aku pikir itu hanya masalah pikiranku saja... dan buktinya aku bisa mengatasinya dengan berpikir bahwa hal itu keren dan bukan masalah orang lain, tapi masalahku sendiri yang jelas bisa kuatasi dengan pikiran.
Nah akhirnnya itu jadi kebiasaan, selain karena memang tidak punya cukup uang tiap kali sandalku rusak, aku juga tidak lagi memandangnya sebagai hal aneh. Bahkan, aku berani memakai sandal yang kanan-kirinya beda warna, beda ukuran, beda kualitas. Memang, mungkin seperti orang gila, ya! Tapi, sekali lagi, itu hanya pikiran. Jadi, aku bisa mengatasinya dengan mengubah pikiran. Aku memakai sandal "selen" ke acara pelatihan, ke tempat teman, ke masjid, yah... ke manapun lah... karena itulah satu-satunya sandal yang kumiliki waktu itu. Aku belajar untuk terus mengendalikan pikiranku dengan menampilkan sosok yang, kupikir, otentik. Aku melakukannya bukan karena alasan mode atau kepantasan, tapi karena pikiran dan pendapatku memang demikian. Itu membuatku lebih percaya diri... meski ada sebagian dari rasa itu adalah semacam kebencian; kebencian kepada "kenormalan".
Kembali ke sandal jepit; ada berbagai macam cara untuk mereparasi sandal jepit. Dan kebutuhan, tekanan dari ketidakadaan uang, justru membuatku lebih kreatif. Cara mengatasi kerusakan terus berkembang. Bahkan kadang aku mencari sandal rusak yang hanyut di sungai atau terlantar begitu saja, dan mencoba memperbaikinya untuk kupakai. Kalau sudah jadi, sering malah dipakai teman2ku. Agar tidak dipakai orang lain, aku memilih untuk memakai sandal "selen" tadi. Sandal yang kanan-kiri beda ukuran, beda warna, ternayata tidak disukai orang lain, makanya selalu aman, tidak bakal hilang.
Hari ini... aku tidak punya sandal jepit. Aku meminjamnya dari tempat pakdeku. Yah... aku belum bisa membeli sandal jepit. Prioritas sekarang adalah makan. Meski hanya mie, setidaknya jauh lebih banyak, jauh lebih komplit, dan jauh lebih sering. Tidak masalah. Aku tidak minder dengan keadaan sekarang. Aku hanya akan tertawa kalau ada yang mengolok, karena itu meamang lucu, kan?

Aku pernah sangat membeci orang kaya.... setelah peristiwa disenggol mobil di kampus dan kami hampir duel... tapi sekarang aku agak lebih nyantai. Kaya miskin memang kenyataan, tapi pikiran juga yang memperuncing. Maka, aku belajar untuk mengendalikan pikiran itu. Akhirnya... yah, aku lebih percaya diri. Ini juga berguna untuk meredam harapan2 yang terlalu tinggi... atau sebenarnya harapan yang dangkal. Yah, harapan untuk jadi kaya adalah harapan yang miskin! Aku hanya ingin tetap otentik... meski itu mungkin muskil...

Posting Komentar

0 Komentar